Memetik Matahari Dalam Secangkir Kopi
Foto : Istimewa*
Oleh : M. Rozien Abqoriy*
PAMEKASAN - Dari dulu, pastinya kita sering menemukan sebuah wejangan berkenaan dengan pilihan-pilihan hidup,. Hal tersebut selalu menganjurkan kita, terlebih kaula muda untuk senantiasa menyadari bahwa dalam menjalani kehidupan, setiap orang akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang akan menentukan arah kehidupan.
Layaknya di sebuah persimpangan, setiap orang dituntut untuk memilih arah mana yang paling tepat untuk dilalui sehingga bisa mencapai tujuan dengan tepat dan selamat. Ketika sudah memilih arah mana yang dipilih, maka hendaknya melakukan yang terbaik yang akan membawa kemaslahatan bagi dirinya dan orang lain.
Hidup adalah pilihan, begitu yang kita dengar dari dulu untuk memotivasi kita sebagai generasi yang diimpikan. Kita diharuskan untuk berani mengambil pilihan didalam hidup. Mau yang mengalir atau yang melawan arus. Mau memilih untuk menjawab suatu persoalan, atau memilih untuk diam saja, dengan pengertian membiarkan untuk larut dengan sendirinya, memilih untuk mengalir mengikuti derasnya gelombang perkembangan dan kemajuan, tanpa mau mencoba mencoba mengerti serta memahaminya secara lebih mendalam, atau sekedar bertanya, apakah semua ini emang kehendak alam atau dari kita sendiri yang menciptakan sedemikiannya tenggelam?
Dalam bukunya Agung Adi prasetyo yang berjudul "Memetik Matahari", diperkenankan kepada kita semua untuk bagaimana dapat memanfaatkan dan memfungsikan berbagamnya rasa yang ada didunia ini, diantaranya rasa capek, letih dan gagal. Agar sifat itu berguna dan termanfaatkan secara maksimal.
Kemudian juga ada analogi yang dikisahkan dalam bukunya Men Jung yang berjudul Go To Next Level, yang mengibaratkan kesuksesan dengan sebuah pertanyaan. "Jika sebuah batu bisa hancur karena seratus pukulan. Lantas pukulan yang keberapa yang paling dominan menghancurkan batunya? Jawabanya adalah semua pukulan tersebut, karena dari pukulan pertama akan memberikan pengaruh (letih, sakit dan gagal) terhadap pukulan terakhir yang berakhir dengan kesuksesan.
Peranan pemuda dalam perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia sangatlah besar. Pemuda sebagai satu-satunya pengganti para tetua dan generasi penerus bangsa harus mulai mempersiapkan diri untuk mampu berkontribusi bagi bangsa dan negara di masa yang akan datang. Dengan kata lain, masa depan suatu bangsa itu ditentukan oleh keadaan pemudanya saat ini.
Jika saat ini pemudanya hancur, maka hancurlah masa depan bangsa Indonesia. Jika pemudanya saat ini Cemerlang, maka Cemerlanglah masa depan bangsa Indonesia, dari beberapa literatur yang pernah saya baca.
Ada yang mengatakan, bahwa tugas pemuda yang pertama itu adalah terus belajar dan memperbanyak pengalaman. Namun sebelum itu, dari istilah pemuda yang cemerlang itu seperti apa yang dimaksudkan? Siapa mereka?
Salah satu penulis kompasiana, Ana Aprilia namanya pernah menuliskan bahwa pemuda yang cemerlang adalah pemuda yang memiliki semangat yang tinggi dan cita-cita luhur.
Pemuda senantiasa menjadi akselerator dalam setiap pergerakan. Semua ini mungkin terdengar klise, tapi sejarah nyata telah mencatat, bahwa pemuda dapat membangun bahkan meruntuhkan sebuah peradaban (memberikan banyak sesuatu yang positif atau memberikan dampak kepada sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain).
Catatan kali ini saya tulis dari hasil diskusi kami sesama pemuda di warung kopi, yang terkesan klise tapi begitu urgen dirasa, untuk bagaimana menyelaraskan persepsi, bahwa hidup memang kita yang tentukan setelah Tuhan. Oleh karena itu, saya sebut sebagai Memetik Matahari dam secangkir kopi. Semoga senantiasa bisa bermanfaat, dan menjadi investasi dalam kebaikan kita bersama dalam menjalankan hidup didunia dan untuk akhirat kelak, amin.

Komentar
Posting Komentar