Manusia dan Segala Kecanggihannya
Oleh : M.Rozien Abqoriy*
Dalam beberapa detik, jam dan hari yang sudah berlalu, kembali saya berfikir tentang sebuah kemajuan dan kehidupan yang penuh akan misteri.
Dalam hal kemajuan, peradaban manusia hari ini sudah disuguhkan berbagai macam tools atau kecanggihan yang sangat luar biasa untuk membuat segala pekerjaan menjadi lebih mudah.
Disisi lain, kita juga mengetahui bahwa hal itu juga menjadi ancaman dan kekhawatiran. Dewasa ini sedikit demi sedikit pula nilai-nilai luhur dan integritas sebagian manusia itu juga semakin terkuras.
Seperti halnya nilai akan kejujuran, empati, persaudaraan maupun kebersamaan juga semakin hanya terlihat di covernya saja.
Kesempatan yang lalu, tepatnya kemarin, saya mengikuti agenda seminar yang didalamnya lebih banyak menyoroti tentang masalah literasi bangsa kita.
Literasi kita dianggap masih kurang dalam segi membaca, khususnya di Indonesia. Tapi satu sisi, ribuan bahkan mungkin jutaan karya-karya tulis semakin banyak terproduksi. Bagaimana bisa?
Penyaji dalam seminar itu menyatakan sebuah kekhawatirannya akan adanya pabrik pembuat karya. Manusia hanya tinggal meminta dan menunggu hasil dari pabrik tersebut tanpa menunggu waktu dan proses yang lama.
Bisa banyak menghasilkan jutaan karya, tapi tidak terdapat nilai hingga esensi yang tertanam dalam setiap kalimatnya.
Meskipun seketika saya juga menyadarinya, bahwa banyak karya lahir tidak bersamaan dengan ruhnya. Tidak lahir dari hasil refleksi, meditasi ataupun sebuah riset yang mendalam.
Dampak apa yang akan terjadi ? Manusia tidak akan lagi menjadi yang seutuhnya, kehilangan maknanya dalam konteks berfikir dan empatinya.
Rasa penasaran yang lahir sejatinya bisa dibersamai dengan memfungsikan karya terbaik Tuhan yaitu otak untuk kita bisa kembali dan terus berfikir dan memaknai segala hal.
Melalui kecanggihan-kecanggihan yang ada hari ini, saat tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka alat-alat itu justru yang menguasai keadaan manusia sepenuhnya. Menjadi terkendali, bukan lagi sebagai alat bantu saja.
Dampak yang juga akan semakin meluas adalah sesederhana ia yang hari ini sering merasa cemas, meskipun masalahnya tidak terlihat begitu jelas.
Ada beberapa orang baru yang telah saya temui, hingga bisa kenal sedikit demi sedikit, bahkan juga bisa saling belajar tentang banyak hal karenanya.
Salah satu diantaranya, ia memiliki kepribadian yang reflektif tentang kehidupan dan banyak hal lainnya. Menelaah pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri.
Hingga akhirnya saya menemukan satu titik dimana obrolan itu seolah menjadi topik hangat yang beberapa hari sebelumnya hinggap dalam fikiran saya juga.
Ada hal yang sempat dibicarakan, salah satunya adalah bagaimana hari ini manusia sudah semakin kehilangan jati dirinya.
Dari beberapa sebab, yakni teknologi, pergaulan, dan beberapa kebiasaan yang saat ini telah tumbuh sebagai karakter dan budaya sebagian kalangan.
Kita tidak mempermasalahkannya, hanya sama-sama bertanya, bagaimana manusia hari ini mulai kesulitan dalam menentukan keputusannya sendiri, cenderung ikut-ikutan akan sesuatu yang sebenarnya tak terlalu ia sukai.
Catatan kali ini tidak ada kesimpulan, penulis hanya berharap agar senantiasa bisa sama-sama saling belajar, menjadi penjaga warisan nilai-nilai luhur agama dan bangsa.
Senantiasa menjadi pembelajar, agar dapat kita dedikasikan kepada diri dan peradaban kita yang lebih baik.
Seperti apa yang disebut oleh Ki Hadjar Dewantara, semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru.
Jangan pernah berhenti, mari terus mulai untuk memperbaiki diri, hingga menjadi pola fikir, pola ucap dan pola laku yang dapat sama-sama memberikan energi positif terhadap sesama manusia yang ada.
Hikmah Hidup
Kediri, 08/11/2025

Komentar
Posting Komentar