Awas Ada HMI !!
BANGKALAN - Kalimat yang biasa saja, tapi tidak jarang juga terlintas dalam fikiran dari mahasiswa baru ataupun yang telah tergabung dalam organisasi mahasiswa ekstra kampus yang disebut HMI. Tertarik sekali untuk menulis tentang ini, karena sejak menjadi mahasiswa, kalimat ini terkadang menjadi kalimat yang seakan menimbulkan banyak pertanyaan kembali.
Kalian
tau kan? Meskipun pernyataan tersebut tidak dilontarkan secara langsung dari mahasiswa yang ikut HMI, tapi seakan memberikan sinyal dan pengertian yang
cukup berbeda. Tapi kita perlu untuk bertanya terlebih dahulu, dari awalan
"why"?
Hasil riset sejauh ini, melahirkan
beberapa kemungkinan yang akan mendekati kepada sebuah realita. Ada sebuah
kekhawatiran dari kalimat "awas". Kemudian, kalimat tersebut kita
kenali sebagai simbol bahaya. Ibaratkan, "Awas hati-hati, jalan
berlubang" atau "Awas pelan-pelan, sedang ada proyek" dan
sebagainya.
Jika hal itu makin sering terdengar, maka perlu dipertanyakan lebih dalam lagi. Ada apa dengan HMI? Kemudian, siapa yang mengatakannya?
Kenapa semua harus diawali dengan pertanyaan? Sebab, saya meyakini, landasan menjadi seorang mahasiswa adalah memiliki sifat berfikir yang kritis. Karena ia yang sudah dianggap sebagai kaum intelektual dan sedang mengemban gelar "Maha", harusnya bisa lebih dari pemuda yang masih berada dibawah lembaga atau sekolah - sekolah yang ada.
Mahasiswa yang memiliki amanat
tridharma perguruan tinggi, salah satunya yaitu penelitian yang merupakan
sebuah kegiatan mengolah dan mengumpulkan data secara sistematis sebanyak
mungkin, untuk hasil yang lebih objektif. Dapat melalui sumber karya tulis dan
sumber manusia itu sendiri. Heran, akan dirasakan dan dipertanyakan ketika
belum menyadari statusnya yang sudah sebagai mahasiswa.
“Tidak menyadarikah kamu, kalau
setiap gerak gerikmu itu diawasi dan tak jarang dibatasi dengan dalih tidak
cukup kuota atau justru tanpa alasan yang ilmiah dan tak logis, tiba-tiba disingkirkan?,” ucap seorang
mahasiswa putih itu.
Saya hanya menjawab, “tidak pernah menjadi persoalan akan hal itu. Justru hanya akan menjadi bukti, bahwa ketidakprofesionalan seorang mahasiswa sudah terlatih sejak perguruan tinggi, memilih untuk menjadi bagian wira-wiri instruksi, tanpa mau memikirkan lebih dini perihal arti dan esensi nilai dari mahasiswa dan perguruan tinggi”
Mengenai kalimat yang terkesan
menjadi suatu hal yang berbahaya, sebenernya juga sesuatu yang tidak menjadi
masalah. Sebab, organisasi kemahasiswan yang menjadi bagian dari organ ekstra
kampus, dengan tujuan yaitu "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi
yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT" pada pasal 4 Anggaran Dasar HMI, justru
akan menjadi biasa-biasa saja, dikarenakan telah memiliki pegangan yang cukup
fundamental.
Benar apa yang dituliskan oleh ketua
eksekutif mahasiswa Universitas Brawijaya rafly rayhan al khajri, bahwa ”Penyesatan-penyesatan yang aksiomatik itu
tak perlu disesali. Perbedaan pandangan (red, kesesatan berpikir) lahir dari
kebebasan berpikir, terlepas dari benar dan salah. Tidak ada dialektika tanpa
pertentangan antara tesis dan antitesis. Justru, penyesatan itu harus menjadi
pengingat dan evaluasi bagi kader-kader ORMEK agar tidak mewujudkannya dan
kembali kepada khittah ideologi untuk senantiasa memproduksi tokoh-tokoh
cendekia dan negarawan,” tulis pria berasalkan Kabupaten Sumenep Madura itu.
Maka perlu untuk menyadarkan kembali sebagai bagian dari organisasi sekaligus saudara-saudara mahasiswa yang tergolong generasi millennial atau Gen Z. Memiliki kebebasan berpendapat yang tinggi dan kesempatan yang cukup besar untuk mencari tau sendiri melalui canggihnya tekhnologinya. Sehingga mengetahui lebih dalam lagi mengenai utamanya realitas, bukan suatu yang manipulatif. Bukan sekedar katanya, tapi buktinya.
Salam mahasiswa!
Salam pemuda Indonesia !
Komentar
Posting Komentar