Public Relation Politik; Bagaimana Prakteknya dalam Kampus ?






Oleh : M. Rozien Abqoriy


Komunikasi Politik dan Public Relation bukan merupakan jalan terpisah melainkan selalu beriringan dan saling berkaitan untuk menuju kesempurnaan. Sebelum itu, kita perlu memahami secara benar tentang apa itu komunikasi politik dan apa itu public relation, kenapa kedua hal itu berkaitan dan tidak bisa terlepaskan satu sama lain?

Oke yang pertama, komunikasi politik itu sendiri selalu bisa dimaknai dengan suatu informasi yang berkaitan dengan politik. Entah dari pemegang kekuasaan kepada masyarakat ataupun sebaliknya. Namun kemudian hal itu juga perlu untuk memahami makna dari politik, sehingga kita bisa mengetahui nanti arahnya akan kemana dan tujuannya untuk apa. Pengertian politik secara etimologis ialah dari bahasa Yunani, yakni “Polis” yang artinya ialah Negara Kota. Nah, dari pengertian itu tentunya akan terlintas dalam fikiran kita bagaimana komunikasi ataupun politik itu bekerja.

Adapun tujuan dari komunikasi politik tidak akan jauh dari pengertiannya, yaitu untuk mendapatkan kekuasaan melalui komunikasi yang dijalankan dari semua pesan ataupun media yang berisikan tentang politik. Menurut Maswadi Rauf Seorang ahli politik yang berpendapat bahwa komunikasi politik merupakan bagian objek dari kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik yakni berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan dan juga aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik.

Selanjutnya yaitu tentang Publik Relation (PR), Banyak pengertian yang menjelaskan bahwa public relation atau humas ini adalah proses interaksi antara organisasi dengan masyarakat dalam menciptakan opini publik, memberikan persepsi, menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan menciptakan partisipasi publik. Nah, sudah berkaitan bukan dengan komunikasi politik? Bahwasanya ada proses interaksi yang melibatkan organisasi dan masyarakat, tentunya dalam hal ini juga memiliki tujuan yang perlu kita ketahui dan fahami sebagai mahasiswa ataupun kaum akademisi. Tujuannya yaitu untuk saling menguntungkan, menanamkan keinginan yang baik, sehingga muncul citra yang baik dari publik terhadap instansi, institusi ataupun perusahaan.

Coulsin – Thomas memberikan pendapatnya mengenai public relation sebagai sebuah proses atau kegiatan terencana yang mempunyai tujuan untuk menjalin komunikasi antara perusahaan dan pihak luar perusahaan. Dimana pihak luar bisa dimaknai sebagai masyarakat ataupun pihak lain yang menjalin hubungan dengan perusahaan terkait. Oleh karena itu, kita sudah mulai memahami bahwa proses dari komunikasi politik dan public relation itu sama-sama berjalan dan memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu memiliki keterlibatan langsung dengan pihak internal atau aktor – aktor politik dari suatu organisasi ataupun perusahaan untuk dapat juga mempunyai tujuan dalam menjalin hubungan yang baik terhadap masyarakat, begitupun sebaliknya.

Ketika kita coba kaitkan dengan sebuah institusi Pendidikan yaitu perguruan tinggi yang juga memiliki pemerintahan yang kita sebut sebagai civitas akademika dan masyarakat akademik yaitu mahasiswa. Seperti judul yang sudah ada, bahwa praktek apa saja yang dilakukan oleh kampus terutama oleh mahasiswa ketika dikaitkan dengan proses-proses PR Politik yang diatas ?

Sejauh ini yang hanya dapat kita ketahui adalah kebijakan-kebijakan yang sudah mulai dilakukan sejak di dalam kampus oleh mahasiswa dan sedikit banyak mencerminkan dari PR Politik itu sendiri, mulai dari kebijakan yang diberikan oleh tatanan yang paling tinggi di kampus, hingga kepada dekanat, dosen, mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di internal kampus.

 Memahami mengenai urgensi politik kampus, tidak bisa kita pungkiri bahwa kampus merupakan tempat lahirnya cadangan pemimpin masa depan bangsa. Secara umum masyarakat memandang bahwa mahasiswa sebagai bagian kecil dari komunitas terdidik di negara ini. Tapi tidak semua mahasiswa dapat menyadari anugrah yang disandangnya.

Sebuah ironi ketika mahasiswa meneriakkan slogan-slogan moralitas tatkala mahasiswa yang lainnya tidak bermoral. Dan jika mahasiswa yang tidak bermoral yang memegang kendali, apa jadinya politik kampus? Padahal dalam literatur yang kita ketahui, tujuan politik salah satunya adalah dapat menciptakan kekuasaan di masyarakat maupun pemerintah yang demokratis dan membantu terselenggaranya kekuasaan pemerintah dan masyarakat yang mengacu pada prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tentunya juga mengacu pada visi misi yang terdapat dalam setiap kampus yang ada.

Istilah lama yang mengatakan bahwa kampus adalah miniatur (tiruan sesuatu dalam skala yang diperkecil dan sesuatu yang kecil) yang sering disebut sebagai miniatur negara karena diharapkan dapat menjadi bagian komunitas yang peduli terhadap rakyat miskin yang tertindas dalam cakupan eksternal, jika dalam internal sendiri adalah peduli terhadap masyarakat akademik yang tertindas. Seorang Filsuf Prancis, sejarawan ide, ahli teori sosial, ahli bahasa, dan kritikus sastra, teori-teorinya membahas hubungan antara kekuasaan dan pengetahuan, dan bagaimana mereka digunakan untuk membentuk kontrol sosial melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, terutama penjara dan rumah sakit, yaitu Michael Foucault. Kajian Michael Foucault tentang ‘relasi kekuasaan’ dapat dikaitkan dengan judul di atas dalam menentukan hubungan kampus dan politik. Menurut Foucault, kekuasaan “politik” pada dasarnya tidak melembaga hanya pada satu muka (seperti lembaga pemerintahan atau partai politik), tetapi menyebar melalui relasi-relasi yang bersifat diskursif dan abstrak.

  Aktivitas politik kampus mahasiswa seperti melakukan kajian/diskusi, mimbar bebas, seminar, talk show, pelatihan, training, aksi dan demonstrasi, advokasi hak mahasiswa, pemilwa, bakti sosial, dan lainnya. Semua itu tidak lain merupakan ajang pendidikan politik yang bertujuan untuk mematangkan kesiapan mental, jiwa dan pikiran para mahasiswa yang terlibat di dalamnya untuk menjadi seorang pemimpin (leader), negarawan, bahkan politikus handal sesungguhnya setelah pendidikan yang diperoleh dari kampus.

Dampak yang diberikan oleh politik kampus antara lain dapat memberikan pelatihan untuk mempersiapkan politik dalam negara yang sesungguhnya. Kaum akademisi dan kaum intelektual itu mestinya selalu menanamkan kesadaran lebih untuk kesiapan dalam menggantikan generasi pemimpin-pemimpin hebat selanjutnya. Jika hari ini kita senantiasa membenci para koruptor ataupun kebijakan yang diberikan oleh kalangan elit yang tidak menguntungkan serta tidak demokratis dan jauh dari nilai-nilai Pancasila, maka yang perlu kita lakukan adalah memperbaikinya melalui relasi kekuasan atau public relation politik yaitu dimulai dari perguruan tinggi.

Dari catatan sederhana ini selalu memiliki harapan yaitu dapat menyadari diri sendiri terlebih juga dapat bermanfaat kepada setiap pembaca untuk senantiasa melakukan aksi-aksi nyata yang melibatkan nilai-nilai humanis dan demokratis untuk perbaikan dan masa depan bangsa, amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyoal Kader yang Dijinakkan oleh Romantisme Politik

Manusia dan Segala Kecanggihannya

RAK direncanakan, Proker hanya Sekedar Arsip, Pengurus Kerja atau tidur?