Integritas Balutan Halus Disintegritas
(Foto:Ilustrasi)
Oleh : M. Rozien Abqoriy*
Suatu hari ada seorang yang gagah nan berkemeja rapi, bersiap-siap untuk menghadiri acara akademisi yang bertemakan "Nilai-nilai kebangsaan bentuk peduli terhadap ibu Pertiwi".
Duduk bersamanya jajaran akademisi yang begitu dihormati, menganggap bahwa suatu kewibawaan telah menghampiri dan berhasil ia dapati. Namun ternyata ia lupa, kacamata dan cerminnya yang biasa ia bawa, tertinggal dibawah meja istimewa yang sudah lama kusut karena lama tak ia balut dengan pembersih debu dan kotoran.
Dalam pidatonya, ia coba tawarkan gagasan namun penuh kebingungan, karena sebelumnya ia belum ada persiapan untuk sebuah tema yang dibawakan. Terlintas ia hanya mengingat tentang menyongsong sebuah kemajuan tetapi memiliki nilai tentang kemunduran. Kok bisa berbanding terbalik seperti itu? Karena lagi-lagi ia lupa, bahwa teori dan lapangan terkadang selalu jauh berbeda dari yang diharapkan.
Akhirnya, seorang yang gagah nan berkemeja rapi itu sadar, bahwa keinginan akan sesuatu yang bernilai integritas, memiliki inti yaitu keharusan untuk jujur, bertanggung jawab, dan disiplin (ia kurang memiliki semua nilai ini bahkan tidak ada).
Selama ini, ia telah mencoba membawa kacamata dan cerminnya kemana-mana, untuk hanya sekedar memastikan bahwa kegagahan dan kemeja rapi yang selalu ia kenakan, tidak kusut dan tetap terlihat rupawan. Bukan untuk memastikan apakah kejujuran, tanggung jawab serta kedisiplinan sudah ia emban? Namun juga lupa, bahwa sudah saatnya untuk bersiap akan hal yang perlu dibenah lagi tentang isi pesan dan gagasan yang memiliki nilai dasar keilmuan dan pengalaman ketika akan menyampaikan.
Kembalilah ia dari panggung yang istimewa, pidatonya ia cukupkan karena hanya berisi dengan kebingungan. Alhasil ia kembali tersadarkan, bahwa apa yang selama ini ia ucapkan, hanya hasil dari sebuah balutan kebingungan, disintegrasi yang dapat digunakan sebagai pengistilahan dari adanya keadaan yang tidak bersatu padu untuk menghilangnya keutuhan, persatuan serta hanya menyebabkan perpecahan yang tidak sesuai dengan inti dari keinginan. Bisa dari aturan yang ditabrak habis, konstitusi yang telah sering kali diinjak-injak dan memberikan contoh demokrasi yang buruk ditingkat terendah.
#Penulis merupakan mahasiswa biasa kelahiran Kota Sumenep
Komentar
Posting Komentar