Belajar, Pencarian, dan Pemahaman Merupakan Kunci Menuju Kebijaksanaan

 

(Foto:Eckho Pikrha Profile Pinterest


Oleh : M. Rozien Abqoriy*



Kenapa hidup selalu terlihat susah dan tak memiliki gairah yang luar biasa? Padahal dari sejak kecil kita diajarkan untuk semangat dalam melakukan segala hal, diberi banyak motivasi hidup untuk dapat menentukan sendiri arah hidup untuk kita kendalikan atau kita layarkan kemanapun yang kita inginkan. 

Namun kenapa hari ini masih ada yang merasa tidak bahagia? Kebahagiaan ditentukan oleh apa? Tentu variasinya begitu bermacan-macan dalam menentukan kebahagiaan setiap orang. Namun, kuncinya cuma ada dua, mau mendapatkan kebahagiaan lahiriah atau batiniah? Yang dimaksud dengan manusia batiniah adalah roh dan jiwa, sedangkan manusia lahiriah seperti rambut, kulit, wajah, reputasi dan kebutuhan hidup.

Kecenderungan manusia hari ini yaitu kepada lahiriahnya saja, ketika dibuktikan dengan kebutuhan manusia akan hal-hal yang bersifat duniawi, seakan manusia akan memiliki potensi lebih banyak lupa terhadap esensi kebermanusiaanya. Ketika sekolah menjadi siswa lupa untuk memanfaatkan sebagaimana mestinya bersekolah, lupa sebagaimana mestinya berkuliah atau ber mahasiswa hanya karena, misalkan tidak dapat mengikuti trend kekinian dengan kalimat "sama" dalam fasilitas dengan yang lain, atau ketika kuliah sibuk berburu beasiswa, seakan kuliahnya begitu banyak kekurangan, sehingga terkadang yang kaya pun berburu dan mendapatkan beasiswa yang mestinya diberikan kepada mereka yang betul-betul membutuhkan biaya, yang untuk makan dan berpendidikan saja susah mereka dapatkan. 

Maka disaat seperti itu semua, kita perlu bermuhasabah ataupun berkontemplasi. Ternyata hakikat manusia yang esensi ada pada roh, jiwa dan pikiran sebagai sumber hidup yg butuh kehadiran ilahi, dekat dengan khaliknya. Butuh kehadiran nilai berkah dalam nafas kehidupan sehari-hari yang mewarnai setiap aktivitas manusia. Sehingga yang kita cari sebenarnya adalah ridho ilahi dalam berkahnya. Sehingga bagaimana setiap jiwa, niat, pikiran, tindakan merasa selalu dalam pengawasan dan petunjuk ilahi.
Dalam setiap aktuvitas kita bagaimana tiada hari tanpa menghadirkan Allah dalam hidup ini. Sebab hakikat hidup itu bukan sekedar mencari kesenangan dan keselamatan, tetapi lebih daripada itu, bagaimana menemukan kebenaran Allah dan mencapai ridho Allah swt, sebagai cita cita tertinggi dalam hidup, itulah esensi hidup yang hakiki ketika Allah meridhoi hidup kita dunia dan akhirat. 

Sebagaimana yang kita tau juga bahwa sesungguhnya Allah SAW telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq lagi sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. 

Hidup itu sangat sederhana, cukup kita berusaha untuk mengetahui apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan kita dan selalu bisa cinta terhadap kebijaksanaan. Lalu ketika hal itu sudah menjadi pegangan dalam berkehidupan, maka kecakapan dalam bertindak selalu bisa menggunakan kepandaian akal budi dalam menikmati kebahagiaan maupun kesulitan-kesulitan hidup di dunia ini. 

Sebagaimana Socrates salah satu filsuf Yunani kuno dari barat, kemudian juga ada Konfusius filsuf Tiongkok dari Timur yang meyakini bahwa kebijaksanaan dan kebajikan adalah inti dari kehidupan yang bermakna. Mereka meyakini bahwa belajar, pencarian, dan pemahaman merupakan kunci menuju kebijaksanaan.

Konfusius melihat hati yang baik sebagai kualitas bawaan setiap individu, dan kebaikan sebagai hubungan cinta kasih yang sejati di antara manusia. Socrates, sementara itu, menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang bermoral dan baik sebagai jalan menuju kebahagiaan.

“Hidup itu sangat sederhana, tapi kita yang membuat hidup menjadi rumit.” Itulah yang pernah diucapkan Konfusius dalam mengartikan kehidupan diatas anggapan manusia yang cenderung bingung dalam menjalani kehidupan karena hanya fokus pada hasil dari sebuah kerja kehidupan, bukan pada bagaimana menikmatinya dengan baik dan benar yang akhirnya juga akan mendapatkan hasil. 

Terakhir, saya ingin mengutip dari salah satu penulis terkenal Amerika Serikat yaitu Steven Covey kepada manusia yang tidak terlepas dari harapan-harapannya. 

Steven Covey pernah mengatakan “Jika Anda menginginkan perubahan sederhana dalam hidup Anda, lakukanlah lewat tingkah laku Anda. Tapi, jika Anda menginginkan perubahan yang besar dan primer, lakukanlah dengan paradigma Anda, " ucap penulis terkenal itu yang memiliki buku terkenal self-help-nya "The 7 Habits of Highly Effective People.

Semoga tulisan sederhana ini mampu membuat kita semua dapat lebih memahami lagi tentang hidup dan bagaimana kita memanfaatkan hidup, jangan sampai kita yang dimanfaatkan oleh kehidupan yang tidak bisa merasakan kebahagiaan. 

#Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Madura

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saudara MABA, Ingat Ini !!

Saat Masih Berstatus Mahasiswa Baru

Pelajaran Kepemimpinan dari Imam Masjid