Ada yang Hilang dari Organisasi Mahasiswa ? Membahas Ormawa Perspektif Komunikasi Organisasi
PAMEKASAN - Mengurai kembali makna dan eksistensi organisasi kemahasiswaan. Tentu kalian yang sudah menjadi mahasiswa tidak akan asing lagi dan selalu menjadi informasi terhangat dalam sudut-sudut perguruan tinggi yang ada. Lebih-lebih ketika baru masuk dalam dunia Pendidikan atau kampus tersebut.
Sejauh ini, yang kita fahami tentang organisasi mahasiswa ? Sudahkah menganalisa kejumudan apa saja yang sudah dilakukan oleh beberapa oknum, sehingga membuat reputasi dan elektabilitas dari organisasi tersebut menurun?
Dalam catatan kali ini saya akan mengajak kalian mendalami lebih jauh, tentang pemahaman organisasi mahasiswa yang ada dan yang saya dapatkan dalam mata kuliah komunikasi. Sehingga yang menjadi bagian dari itu tidak salah dalam menamakannya, sebagai kaum organisatoris dan tidak hanya eksistensi semata yang didahulukan. Selamat membaca !
Oke, kita perlu memahami tentang ap itu komunikasi organisasi terlebih dahulu. Banyak tokoh dan penulis ternama itu menyebutkan bahwa komunikasi organisasi adalah interaksi antara satu orang dengan orang lain, dan tidak terlepas dari komunikasi yang terus berkelanjutan dan tersistematis.
Dalam buku “Teori-Teori Komunikasi” yang ditulis oleh Zaenal Mukarom pada bagian teori komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa ada proses interaksi yang dinamis diantara unit-unit organisasi, baik secara formal maupun informal, berkenaan dengan pengaturan hak, kewajiban, tugas, wewenang, peran, fungsi dan distribusi kekuasaan dari unit-unit yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Dalam organisasi, kohesivitas anggota kelompok juga
biasanya diikat oleh adanya nilai-nilai dan ideologi, yang dibangun bersama
sebagai landasan etis, yang berfungsi mengatur bagaimana seharusnya organisasi
dan anggota kelompoknya bertindak, dan berperilaku dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Kemudian pada jenis dan proses komunikasi
organisasi itu terdapat 7 jenis.
a. Komunikasi
Lisan dan Tertulis
Sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk ini, maka berbagai studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan dengan cara ini. Komunikasi lisan dan tertulis apa saja yang sudah kita temukan dalam sejumlah organisasi mahasiswa ? Tentu, dari hal ini akan mengetahui bahwa banyak sekali organisasi mahasiswa yang terus eksis dalam menjalankan komunikasi ini.
Seharusnya
juga dapat menjadi pondasi serta bahan yang baik dari kedua hal tersebut, karena
dasarnya mahasiswa mengharapkan pengembangkan potensi dari kemampuannya, untuk
meningkatkan pengetahuan dan memiliki banyak pengalaman di dalam organsisasi, dan
yang diharapkan tentu adalah komunikasi lisan maupun yang tertulis, dapat menjadi panutan terhadap mereka semua.
Biasanya yang di jadikan panutan
pertama kali adalah figur pemimpinnya. Terlebih kepada semua pengurus yang ada.
Komunikasi yang mereka berikan sejauh ini kita lihat sudah baik atau tidak? Patut
dicontohi atau tidak ?
Seperti biasa yang mungkin sudah ada,
tentu masih ada yang hanya mengedepankan kekuasaan dan menjadi pengatur, yang
tidak terlalu melandasi dengan ilmu pengetahuan, dan disesuaikan dasar kebijakan
umum mahasiswa yang dapat menampilkan kekuatan literasinya yang harus lebih
dari mahasiswa yang tidak ikut organisasi.
Tidak menutup kemungkinan juga ada
yang menggunakan komunikasi terlalu politis, ucapannya lebih menjamin daripada
tindakannya, memberikan harapan dengan janji manis bagi mereka, agar dapat ikut
organisasi tapi ketika sudah masuk tidak lagi diperhatikan atau hanya sekedar
ada, tanpa mau mengetahui apa saja yang mereka butuhkan, dan mereka punya dalam
hal inovasi.
Melestarikan formalitas semata dari
program kerja yang dirapatkan, biasanya dengan istilah “Rakergab (Rapat Kerja Gabungan)
atau Raker (Rapat Kerja)” daripada membuktikan dan merealisasikan semua produktivitas
dari program yang sudah ditentukan. Sehingga yang terbentuk kepada semua
anggotanya tidak lagi tertanam sifat tanggung jawab yang lebih, untuk melahirkan
para pemuda-pemuda yang bertanggung jawab, juga saat mereka keluar atau lulus
nanti. Baik dalam organisasi maupun pada saat tamatnya pendidikan mereka dalam
ranah perkuliahan.
Mengutip
dari salah satu aktivis mahasiswa fakultas sastra UI (Universitas Indonesia) yaitu
Soe Hok Gie, ia menyebutkan bahwa masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental
sok berkuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.
Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun
datang adik-adik sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru
untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
b. Komunikasi
Verbal dan Non Verbal
Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui
berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap
muka langsung, perasaan, keadaan jiwa, atau suasana hati seseorang dinyatakan
melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan,
postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang
sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan.
Dalam komunikasi kali mengajak kita memahami, bahwa stakeholder
ormawa atau pejabat-pejabat kampus perlu untuk mengetahui dan menerapak
beberapa motif mahasiswa. Seperti tiga teori motif sosial dari psikolog Amerika
pencetus kebutuhan yang memberikan kategori motif sesorang dalam melakukan
sesuatu, diantaranya Motif Untuk Berprestasi (Achievement), Motif
Untuk Bersahabat (Affiliation) dan Motif Untuk Berkuasa (Power).
Dalam ketiga hal tersebut mesti untuk dipilih dan
dijalan beberapa hal itu, tapi kalau biasanya dari dasarnya setiap mahasiswa
memiliki persepsi yang berbeda-beda dan cenderung adalah persepsi. Maka perlu
kesadaran, yang tidak hanya memilih salah satu saja. Terkadang ada juga yang
cenderung hanya untuk bermotif untuk berkuasa (power), atau kalau
istilahnya sekarang lebih mengedepankan popularitas semata, ini yang sedikit keliru.
Sehinnga akibatnya terkadang membuat persepsi terhadap organisasi tidak baik,
padahal tidak semuanya tapi perlu juga untuk selalu diperhatikan.
C. Komunikasi
kebawah, keatas dan kesamping
Hal ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan
informasi didalam suatu organisasi. Komunikasi kebawah biasanya diartikan
sebagai arah instruksi, komunikasi keatas bisa dengan istilah komunikasi
kordinasi internal dan eksternal. Dalam eksternalnya biasanya bisa terhadap
pengurus yang baru saja selesai atau juga bisa kepada yang sudah menjadi alumni
di dalam kampus.
Masih berkaitan dengan teori motif yang tadi, bahwa dari
psikolog Amerika Serikat yaitu Herzberg. Ia memberi dua factor, yaitu factor kepuasan
dan ketidakpuasan. Ini masih berkaitan dengan komunikasi kebawan, keatas dan
kesamping. Faktor kepuasan (Motivator/Satisfiers) adalah faktor-faktor yang kalau ada akan membuat
kita merasa puas. Namun kalau tidak ada, hanya membuat kita tidak merasa puas.
Faktor-faktor tersebut seperti penghargaan, tanggung jawab, aktivitas,
kesempatan berkembang, dan keterlibatan kita dalam organisasi. Faktor ini
adalah konten dari organisasi itu sendiri.
Artinya
seperti penghargaan itu dapat kita terapkan terhadap anggota atau komunikasi
kebawah, memberikan apresiasi pada saat sudah melakukan program yang sudah
direncanakan atau prestasi yang sudah didapatkan dan fungsi
pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi. Tanggung jawab,
hal itu bisa kepada sesama pengurus, alhasil bisa mempererat dan dapat
diketahui komitmen dari setiap pengurus yang sudah tergabung dalam sebuah
organisasi, dan tidak hanya terkesan menitipkan nama atau biasa terjadi antara
dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama
(komunikasi horizontal). Terakhir komunikasi ke atas Alirannya dalam hirarki
wewenang yang lebih rendah ke lebih tinggi biasanya mengalir disepanjang rantai
komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan,
keputusan dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah.
Sementara faktor ketidakpuasan (Hygiene Factor/Disastifiers) adalah faktor yang bisa dibilang basic needs. Yang tidak akan membuat kita merasa tidak puas,
dan jika ada hanya membuat kita tidak merasa tidak puas. Faktor-faktor tersebut
seperti teman-teman yang baik dan mau diajak kerja sama, kenyamanan sekre, dan
rasa kekeluargaan di dalam organisasi. Faktor ini adalah konteks dari
organisasi itu sendiri dan harus terpenuhi untuk menghindari anggota yang tidak
puas terhadap organisasi tersebut.
Kedua
hal itu juga termasuk dalam bagian meminimalisir persepsi yang salah terhadap
organisasi, dan memahami kebutuhan serta keinginan dari setiap anggota ataupun
pengurus yang menginginkan perubahan, peningkatan skill ataupun sekedar
pengalam yang bermanfaat. Seperti dalam sebauh artikel yang ditulis oleh Thariq
Izzah yang berjudul “Apa yang Hilang dari Organisasi Mahasiswa?” itu menyatakan
bahwa Himpunan yang dingin akan menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakterikatan
anggota, sementara unit yang gada kerjaan juga bakal bikin anggotanya cabut
untuk mencari kerjaan dan kepuasan.
d. Komunikasi Formal dan
Informal
Komunikasi formal terjadi
diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen
atau istilahnya sesama pengurus dalam hal kebijakan. Komunikasi informal
terjadi di antara karyawan atau pengurus dalam suatu organisasi yang dapat
berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi
jabatan mereka.
Label mahasiswa
dan aktivis adalah suatu hal yang mulia, karena dibalik kesibukannya mereka
dalam ruang kuliah, mereka memilih untuk masuk ke organisasi dan mengkontribusikan
tenaga dan fikirannya untuk orang lain dan untuk kebaikan-kebaikan tanpa
dibayar, itu adalah hal yang sangat mulia.
Cuma framing hari ini, seperti lebih kepada sesuatu hal yang membosankan ketika dikaitkan dengan makna dari aktivis itu sendiri tereduksi hanya karena beberapa oknum yang gagal faham terkait aktivis. Lebih-lebih mahasiswa yang apatis, kuliah pulang-kuliah pulang, masih bersyukur jika mampir ke perpustakaan.
Idelanya seperti ini, tentang
pemahaman dan perhatian yang perlu di ketahui oleh mahasiswa atau ormawa, tapi
memang mahasiswa sejatinya memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan senantiasa
melakukan perubahan, dan tidak menutup untuk selalu belajar hal-hal baru.
Terlepas dari keterbatasn juga dari mahasiswa semoga tulisan sederhana ini dapat
bermanfaat terhadap saya dan temen-teman pembaca terlebih kepada mahasiswa yang
tergabung dalam sebuah organisasi, amin.
Komentar
Posting Komentar