Ada yang Hilang dari Organisasi Mahasiswa ? Membahas Ormawa Perspektif Komunikasi Organisasi

 



Oleh : M. Rozien Abqoriy

 

 

PAMEKASAN - Mengurai kembali makna dan eksistensi organisasi kemahasiswaan. Tentu kalian yang sudah menjadi mahasiswa tidak akan asing lagi dan selalu menjadi informasi terhangat dalam sudut-sudut perguruan tinggi yang ada. Lebih-lebih ketika baru masuk dalam dunia Pendidikan atau kampus tersebut. 

Sejauh ini, yang kita fahami tentang organisasi mahasiswa ? Sudahkah menganalisa kejumudan apa saja yang sudah dilakukan oleh beberapa oknum, sehingga membuat reputasi dan elektabilitas dari organisasi tersebut menurun? 

Dalam catatan kali ini saya akan mengajak kalian mendalami lebih jauh, tentang pemahaman organisasi mahasiswa yang ada dan yang saya dapatkan dalam mata kuliah komunikasi. Sehingga yang menjadi bagian dari itu tidak salah dalam menamakannya, sebagai kaum organisatoris dan tidak hanya eksistensi semata yang didahulukan. Selamat membaca !

            Oke, kita perlu memahami tentang ap itu komunikasi organisasi terlebih dahulu. Banyak tokoh dan penulis ternama itu menyebutkan bahwa komunikasi organisasi adalah interaksi antara satu orang dengan orang lain, dan tidak terlepas dari komunikasi yang terus berkelanjutan dan tersistematis.

Dalam buku “Teori-Teori Komunikasi” yang ditulis oleh Zaenal Mukarom pada bagian teori komunikasi organisasi, dapat disimpulkan bahwa ada proses interaksi yang dinamis diantara unit-unit organisasi, baik secara formal maupun informal, berkenaan dengan pengaturan hak, kewajiban, tugas, wewenang, peran, fungsi dan distribusi kekuasaan dari unit-unit yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Dalam organisasi, kohesivitas anggota kelompok juga biasanya diikat oleh adanya nilai-nilai dan ideologi, yang dibangun bersama sebagai landasan etis, yang berfungsi mengatur bagaimana seharusnya organisasi dan anggota kelompoknya bertindak, dan berperilaku dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

            Kemudian pada jenis dan proses komunikasi organisasi itu terdapat 7 jenis.

a.      Komunikasi Lisan dan Tertulis

Sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk ini, maka berbagai studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan dengan cara ini. Komunikasi lisan dan tertulis apa saja yang sudah kita temukan dalam sejumlah organisasi mahasiswa ? Tentu, dari hal ini akan mengetahui bahwa banyak sekali organisasi mahasiswa yang terus eksis dalam menjalankan komunikasi ini. 

Seharusnya juga dapat menjadi pondasi serta bahan yang baik dari kedua hal tersebut, karena dasarnya mahasiswa mengharapkan pengembangkan potensi dari kemampuannya, untuk meningkatkan pengetahuan dan memiliki banyak pengalaman di dalam organsisasi, dan yang diharapkan tentu adalah komunikasi lisan maupun yang tertulis, dapat menjadi panutan terhadap mereka semua.

Biasanya yang di jadikan panutan pertama kali adalah figur pemimpinnya. Terlebih kepada semua pengurus yang ada. Komunikasi yang mereka berikan sejauh ini kita lihat sudah baik atau tidak? Patut dicontohi atau tidak ?

Seperti biasa yang mungkin sudah ada, tentu masih ada yang hanya mengedepankan kekuasaan dan menjadi pengatur, yang tidak terlalu melandasi dengan ilmu pengetahuan, dan disesuaikan dasar kebijakan umum mahasiswa yang dapat menampilkan kekuatan literasinya yang harus lebih dari mahasiswa yang tidak ikut organisasi.

Tidak menutup kemungkinan juga ada yang menggunakan komunikasi terlalu politis, ucapannya lebih menjamin daripada tindakannya, memberikan harapan dengan janji manis bagi mereka, agar dapat ikut organisasi tapi ketika sudah masuk tidak lagi diperhatikan atau hanya sekedar ada, tanpa mau mengetahui apa saja yang mereka butuhkan, dan mereka punya dalam hal inovasi.

Melestarikan formalitas semata dari program kerja yang dirapatkan, biasanya dengan istilah “Rakergab (Rapat Kerja Gabungan) atau Raker (Rapat Kerja)” daripada membuktikan dan merealisasikan semua produktivitas dari program yang sudah ditentukan. Sehingga yang terbentuk kepada semua anggotanya tidak lagi tertanam sifat tanggung jawab yang lebih, untuk melahirkan para pemuda-pemuda yang bertanggung jawab, juga saat mereka keluar atau lulus nanti. Baik dalam organisasi maupun pada saat tamatnya pendidikan mereka dalam ranah perkuliahan.

            Mengutip dari salah satu aktivis mahasiswa fakultas sastra UI (Universitas Indonesia) yaitu Soe Hok Gie, ia menyebutkan bahwa masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok berkuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.  

b.      Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiwa, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan.

Dalam komunikasi kali mengajak kita memahami, bahwa stakeholder ormawa atau pejabat-pejabat kampus perlu untuk mengetahui dan menerapak beberapa motif mahasiswa. Seperti tiga teori motif sosial dari psikolog Amerika pencetus kebutuhan yang memberikan kategori motif sesorang dalam melakukan sesuatu, diantaranya Motif Untuk Berprestasi (Achievement), Motif Untuk Bersahabat (Affiliation) dan Motif Untuk Berkuasa (Power).

Dalam ketiga hal tersebut mesti untuk dipilih dan dijalan beberapa hal itu, tapi kalau biasanya dari dasarnya setiap mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda-beda dan cenderung adalah persepsi. Maka perlu kesadaran, yang tidak hanya memilih salah satu saja. Terkadang ada juga yang cenderung hanya untuk bermotif untuk berkuasa (power), atau kalau istilahnya sekarang lebih mengedepankan popularitas semata, ini yang sedikit keliru. Sehinnga akibatnya terkadang membuat persepsi terhadap organisasi tidak baik, padahal tidak semuanya tapi perlu juga untuk selalu diperhatikan.

C.  Komunikasi kebawah, keatas dan kesamping

Hal ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi didalam suatu organisasi. Komunikasi kebawah biasanya diartikan sebagai arah instruksi, komunikasi keatas bisa dengan istilah komunikasi kordinasi internal dan eksternal. Dalam eksternalnya biasanya bisa terhadap pengurus yang baru saja selesai atau juga bisa kepada yang sudah menjadi alumni di dalam kampus.

Masih berkaitan dengan teori motif yang tadi, bahwa dari psikolog Amerika Serikat yaitu Herzberg. Ia memberi dua factor, yaitu factor kepuasan dan ketidakpuasan. Ini masih berkaitan dengan komunikasi kebawan, keatas dan kesamping. Faktor kepuasan (Motivator/Satisfiers) adalah faktor-faktor yang kalau ada akan membuat kita merasa puas. Namun kalau tidak ada, hanya membuat kita tidak merasa puas. Faktor-faktor tersebut seperti penghargaan, tanggung jawab, aktivitas, kesempatan berkembang, dan keterlibatan kita dalam organisasi. Faktor ini adalah konten dari organisasi itu sendiri.

Artinya seperti penghargaan itu dapat kita terapkan terhadap anggota atau komunikasi kebawah, memberikan apresiasi pada saat sudah melakukan program yang sudah direncanakan atau prestasi yang sudah didapatkan dan fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi. Tanggung jawab, hal itu bisa kepada sesama pengurus, alhasil bisa mempererat dan dapat diketahui komitmen dari setiap pengurus yang sudah tergabung dalam sebuah organisasi, dan tidak hanya terkesan menitipkan nama atau biasa terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal). Terakhir komunikasi ke atas Alirannya dalam hirarki wewenang yang lebih rendah ke lebih tinggi biasanya mengalir disepanjang rantai komando. Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah.

Sementara faktor ketidakpuasan (Hygiene Factor/Disastifiers) adalah faktor yang bisa dibilang basic needs. Yang tidak akan membuat kita merasa tidak puas, dan jika ada hanya membuat kita tidak merasa tidak puas. Faktor-faktor tersebut seperti teman-teman yang baik dan mau diajak kerja sama, kenyamanan sekre, dan rasa kekeluargaan di dalam organisasi. Faktor ini adalah konteks dari organisasi itu sendiri dan harus terpenuhi untuk menghindari anggota yang tidak puas terhadap organisasi tersebut.

Kedua hal itu juga termasuk dalam bagian meminimalisir persepsi yang salah terhadap organisasi, dan memahami kebutuhan serta keinginan dari setiap anggota ataupun pengurus yang menginginkan perubahan, peningkatan skill ataupun sekedar pengalam yang bermanfaat. Seperti dalam sebauh artikel yang ditulis oleh Thariq Izzah yang berjudul “Apa yang Hilang dari Organisasi Mahasiswa?” itu menyatakan bahwa Himpunan yang dingin akan menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakterikatan anggota, sementara unit yang gada kerjaan juga bakal bikin anggotanya cabut untuk mencari kerjaan dan kepuasan.

d. Komunikasi Formal dan Informal

            Komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen atau istilahnya sesama pengurus dalam hal kebijakan. Komunikasi informal terjadi di antara karyawan atau pengurus dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka.

                Label mahasiswa dan aktivis adalah suatu hal yang mulia, karena dibalik kesibukannya mereka dalam ruang kuliah, mereka memilih untuk masuk ke organisasi dan mengkontribusikan tenaga dan fikirannya untuk orang lain dan untuk kebaikan-kebaikan tanpa dibayar, itu adalah hal yang sangat mulia.

                Cuma framing hari ini, seperti lebih kepada sesuatu hal yang membosankan ketika dikaitkan dengan makna dari aktivis itu sendiri tereduksi hanya karena beberapa oknum yang gagal faham terkait aktivis. Lebih-lebih mahasiswa yang apatis, kuliah pulang-kuliah pulang, masih bersyukur jika mampir ke perpustakaan.

            Idelanya seperti ini, tentang pemahaman dan perhatian yang perlu di ketahui oleh mahasiswa atau ormawa, tapi memang mahasiswa sejatinya memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan senantiasa melakukan perubahan, dan tidak menutup untuk selalu belajar hal-hal baru. Terlepas dari keterbatasn juga dari mahasiswa semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat terhadap saya dan temen-teman pembaca terlebih kepada mahasiswa yang tergabung dalam sebuah organisasi, amin.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saudara MABA, Ingat Ini !!

Saat Masih Berstatus Mahasiswa Baru

Pelajaran Kepemimpinan dari Imam Masjid